Thursday, January 8, 2009

Surat Untuk Waktu

Catatan harian perempuan itu yang akhirnya membuatku sampai pada tulisan-tulisan lelaki itu. Aku membacanya satu persatu hingga membuatku mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Sepertinya memang harus begitu, sudah ada jalannya. Begitulah yang ada di antara mereka. Lucu sekali dan kadang masih tidak habis pikir dengan ketololan antara mereka dan aku kala itu. Masih berseragam biru tua. Tampak cupu lugu. Seolah aku mengenang dan memutar kembali jalan cerita yang dulu kita lalui bersama. Senangnya, akhirnya mereka bertemu lagi.

Kembali kubawa pikiranku ke masa lalu kira-kira 1 tahun 3 bulan yang lalu. Ketika aku merasa menemukan kembali jarum di tumpukan jerami yang dulu tidak sengaja terlempar begitu saja. Ah, tapi sekali lagi sebuah pertemuan adalah kehendak Tuhan. Semua berlalu begitu saja.

Lalu, malam ini...di tengah tumpukan textbook dan bahan ujian, aku menjamahi pikiranku beberapa jam lalu. Kuraba rasa yang mengiringi beberapa waktu lalu. S**t..!! I can't believe. Aku menikmatinya bukan layaknya seorang musafir yang menemukan oase di gurun pasir. Biar karena proses dan waktu saja, pikirku. Lalu dimana sebenarnya perasaanmu? Beberapa orang mencemooh dan mencibir keputusanku. Tak jarang mereka menertawaiku. Pun aku kembali mengingat kalimat pertama bagai belati di sore hari yang menyayat borok bekas luka.
Oh Tuhan, aku hanya mampu tertawa manakala tak juga keluar kata-kata tepat untuk menjelaskan.

Baiklah, kurasa aku bahagia dengan senja kemarin. Ketika tiba-tiba seseorang telah menuliskan "miz u" dan mengirimkannya melalui pesan singkat yang mengisi inbox handphoneku. Argh, aku ini seperti anak kecil yang lugu saja.
Sudah lama aku tak mendengarmu mengatakan itu. Saat kamu membaca tulisan ini, jangan menertawakanku ya!
Seperti yang pernah kamu bilang sore hari kala itu bahwa "perasaan itu tak bisa disalahkan".

Okey darl, miss u too :P


-ay menunggu fajar tiba-

No comments:

Post a Comment