Sunday, August 24, 2008

Seorang Bapak Tua di Perempatan Jalan Raya

Sekelebat, tiba-tiba muncul dalam ingatan. Seorang bapak tua (mungkin seusia kakek saya) di perempatan jalan raya, tepatnya di bawah traffic light jalan itu. Saya tak mampu membayangkannya. Entah kenapa kali ini teringat sampai meluangkan waktu memikirkannya.

Siapakah bapak? Mengapa bapak ada di sana? Tak punyakah sanak saudara yang bersedia merawat bapak? Kemanakah anak-anak bapak?Apakah bapak bahagia?

Selalu perih teriris ketika melewati jalan itu. Sosok bapak tua yang telah renta berbalut baju seadanya dengan paras yang menyayat hati saya diantara pendarnya sinar lampu jalan.
Saat ini tak ada yang bisa saya lakukan selain menaruh dalam genggamnya, selembar kertas yang mungkin tak terlalu bernilai bagi saya tapi sungguh sangat berarti baginya seraya berdoa dalam hati, "semoga keadaan bapak berubah lebih baik dari sekarang"

Prasangka buruk menyerang bertubi tubi ketika dalam hati bertanya "dimana anak-anak/sodara bapak?". Mulai mencaci maki, betapa kejamnya seorang anak yang tega membiarkan bapaknya terduduk lemah di bawah lampu lalu lintas perempatan jalan. Tak punya hatikah wahai kau anak si bapak? Lupakah kau pada bapakmu yang membesarkanmu? Ataukah memang sengaja kau tega menaruhnya disitu untuk meminta-minta lalu kau minta paksa uang hasilnya?
Ataukah bapak sama sekali tak punya anak?

Kelu, tak mampu berucap manakala bapak tua renta mengucap doa indah untuk pemberi uang alakadarnya pada kantong kumal yang dibawanya.
Apakah ini hanya main-main? Hanya bagian dari pura-pura?

Mulut ini tak mampu mengucap serangkaian kata yang keluar dari pilunya hati melihatmu bapak.
Jika saya punya uang lebih, punya rumah dan mampu menghidupimu, mungkin lebih bermoral jika saya mengajakmu tinggal dengan semua keluarga saya yang lain daripada sekedar menaruhmu di panti jompo.
Tapi apa yang saya punya saat ini selain hati dan selembar kertas tersisa?

Oh Tuhan, begitu bahagianya saya berada diantara kakek-nenek yang sudah pikun di usia senjanya. Bergurau, membagi tawa bersama mereka. Menuangkan kehangatan keluarga yang membahagiakan sisa hidupnya.

Oh Tuhan..Betapa bersyukurnya hidup saya penuh karunia...

Lantas, baru saja tersadar kehilangan sosok bapak tua itu. Beberapa hari ini tak melihatnya. Kemanakah? Dimanakah? Apakah baik-baik saja?

*Tak punya nurani jika aku mampu membawamu pada keadaan yang lebih layak tapi aku tak melakukannya...*

No comments:

Post a Comment